Senin, 27 September 2010

CERITA MINIKU. fiksi

Rindu dalam tangisan jiwa

cukup panas. iya...hari yang panas.gelap. ! dengan tertatih-tatih aku seakan merayap atas tubuh yang lunglai serta tenggorokan yang kering kerontang . ah.....aku sudah terbiasa mengalami hal yang semacam ini, tubuhku seakan menepis lemas, ingin rasanya ku teguk air di dalam ember yang berjejer di depan setiap rumah yang tepat di bawah matahari untuk melihat fenomena alam. gerhana ?
iya....gerhana. hari ini fenomena alam itu muncul sangat menakutkan. gelap. total.

anak usia 9 tahun berjalan dengan bapaknya yang sudah berusia 80an. dia bertanya
"ayah...ada apa ini? kenapa langit begitu gelap?' kata anak dengan tegas.

ayah hanya diam. dia tak mampu menjawab karena dia sangat trauma atas yang tertimpa pada dirinya 8 tahun yang lalu. istrinya sudah lama diduga meninggal dan jenazahnya sampai saat ini belum ditemukan. hilang. tragis yang seakan air mata ini tak mampu untuk menahanya.
pelupuk mata ini seakan terasa nyeri ketika melihat rintihan ayah yang sudah tua itu yang rindu akan kehadiran istrinya.
istrinya yang diduga meninggal kala gerhana total,karena dia mempunyai simpanan penyakit jantung. iya...mungkin serangan jantung yang menggunggat nyawanya. karena dia terkejut melihat alam tiba-tiba gelap tanpa permisi. fenomena semacam ini yang membuat lelaki tua itu turun mental secara drastis.
sang anak bertanya kembali. " ayah apakah ini yang dimaksud guruku tentang gerhana matahari?"

sang ayah hanya tersenyum dan menggenggam erat tangannya.
****
selesai


cerita mini.#fiksi# akhsan taqweens.
lamongan, 16.09.2010

CERITA MINIKU. fiksi

pelangi hitam
terlalu mendrama jika aku menangis dalam kesendirianku. hancur namaku yang menyimbolkan sebagai lelaki. biarlah.... semua sudah terlanjur larut yang sehingga warna itu sudah tak tamapak lagi, semua samar jadinya. huuwwaaa...........! ingin rasanya aku berteriak selantang mungkin, menggelegar diujung telinga individual yang merasa merasakan rasa yang tak nyaman dirasakan dan sulit dilupakan oleh rasa, hingga mungkin sampai mati rasa telah menjangkit dalam stimulasi tubuh. perasaan...selalu aneh. !


terlalu bodoh.aku terlalu bodoh jika mengingat masa-masa indah yang pada akhirnya kini menjadi perih dalam hati. hampir 2 tahun aku berpacaran denganya hingga pada akhirnya putus ditengah jalan berwarna hitam. vea nama gadis itu. gadis yang kini sudah memberi asi kepada anaknya.


bukan. bukan menikah denganku, dia menikah dengan pilihannya sendiri akibat pergaulan bebas. dia terjebak dalam suatu lamunannya.


"ah...bukan takdir kawan, ini pilihan hidup. jodoh kita yang menunjuk dengan jari yang diawali dengan suatu usaha dan do'a " kataku tegas kepada sahabat karibku dari kecil.

sahabatku hanya tersenyum kecil dan berbisik " sabar ya.."

ah....kata itu membuatku terharu dalam ketragisan hidupku yang sudah tersusun indah kini menjadi tak terarah.

mengikis..!!
terlamun dalam kesendirianku hanya dapat mengukir kata-kata yang kuanggap indah.
ketika aku lupa segalanya maka yang kuingat hanyalah kata. kata indah. kata warnah yang kurasa seindah warna pelangi.
kehidupan yang memang memberi kejutan walau pahit pada akhirnya.





dua hari yang lalu aku bertemu dia bersama suami yang kira-kira pantas menjadi bapakku ato bapak dia dengan anak yang dibopongnya di salah satu mini market kembangga suatu kecamatan. kumentapnya sejenak. mereka memilih susu yang sangat berkualitas di toko itu.
dia tersenyum mengembang mekar tak beraturan, dari jarak sekitar 1 meter setengah, aku berbisik " dia suamimu?"
dia tersenyum, senyum beda. kurasa senyum yang dulu bukan seperti itu.!!
dia menjawab " bukan, suamiku lagi tugas di luar negeri ."
"lantas ?" kataku terkejut.

dia berbisik ketelingaku sambil berjalan bersama anak dan pria itu kepintu keluar.
" kurubah jiwaku menjadi keruh karena materi "


senyumku yang berkolaborasi dengan keterkejutan serentak berhenti, dan tak mampu mata ini mengatup dalam tatapan.

CERITA MINIKU. fiksi

MENARI DI PELUPUK MATA RAKYAT
keduhidupan yang keruh........! ketika lupa antara HAK dan kewajiban, mereka sadar...kok.mungkin masa bodoh hingga sampai terlihat bodoh. sistem yang membodohkan.! setiap jiwa yang sepakat dalam suatu niatan untuk membentuk suatu kehidupan berbangsa yang indah penuh tawa secara refleks kini terlepas dari niat dalam suatu janji yang diucapkan demi penyumbat mulut yang mengangah.
mata yang perawan sangat indah kini menjadi hitam rata. tak melihat kebawah walau sejenak meski dengar rintihan berdarah menahan.
nereka bilang orang orang yang seperti itu disebut tikus. setuju...! aku setuju kalo orang yang seperti itu disimbolkan sebagai tikus yang kumuh pada biasanya.
nyanyian mars negara kini hanya intrument.
"hei..kawan? bagaimana kerjamu? apa sudah tersosialisasi dengan lancar? " kata pak pria kepada salah satu anak buah dalam pegawai negeri sipil dalam suatu kota yang sangat terpencil, dia bernama laki-laki. pak pria menjabat sebagai atasan.

penduduknya sangat memprihatinkan, sangat memprihatinkan. sistem pemerintahan yang ambrul-adul itu sudah tak dapat diselamatkan karena tingkah pola para pegawai yang mementingkan diri. individu.
"beres..bos, semua lancar. mereka hanya diam dan menganggukan kepala seakan kita benar-benar yang benar" saut laki-laki.
pak pria tersenyum, bahkan salah satu rekan kerja yang mempunyai nama wanitapun ikut tersenyum lepas. wanita menjabat sebagai sekretaris.
" kita dapat uang pajak berapa persen?' kata wanita.
"yang mulanya dari program kerja menganggarkan 45%/penduduk mereka kutegaskan 75%?penduduk, jadi kita mendapatkan untung 30%"

serentak senyum berjama'ah.

"sssssttttttt..........................mumpung didalam kantor ini hanya ada kita bertiga. kita bagi saja 30% itu sama rata untuk kita bertiga." kata pak pria dengan bangga atas kerjanya laki-laki.

wanita tertawa tak terhenti sambil bertepuk tangan. berucap pelan " kerja yang bagus"



cerita mini.
Fiksiku # akhsane taqweens
17092010

fiksiku. cerpenku. aksan taqwin.

Aksan taqwin

MENGGAPAI SENYUM

“ sebuah cerpen yang terapresiasi dari sebuah puisiku yang bejudul HUJAN”
“sedih tanpa tangis kurasa kurang puas, namun tangis tanpa sedih itu yang perlu kita pertannyakan.”
“ketika mata kita tak selaras dengan hati yang membuat kita selalu salah pada anggapan mereka, padahal kita tak seperti itu adanya.!”
Hujan
(menangis)
Hujan..
Bisikilah dia….
Aq rindu padanya…
Hujan…..
Aku malu pada mereka yang mendengar..
Kecuali Dia..!!
Ingin ku kupas cerita masa lalu denganya
Manis…..
Pahit……
Hujan…
dia pergi..
tanpa senyum permisi untukku
hanya kepada dia kau turun
kepada sakit hati kau turun..!
Aku enggan tersenyum..
Karena hati ini memaksa gunda
Sendu malam alunan jiwa


Kurasa embun dipagi ini mengering cepat dengan mentari yang hadir malu-malu atas sinarnya yang nakal dengan angin yang menggelitik sedikit membisik. Wajah lecut serta rambut yang berantakan membuatku enggan keluar walau sekedar menengok mentari atau menghirup udara buat pencuci hidung pelepas nafas nafas kotor melalui jendela kamar. Ingin ku melantunkan nyanyian pagi dengan suara sumbang menompangi kicauan burung yang nggak jelas arah suaranya. Langit Semalam hingga adzan shubuh tadi baru saja berhenti mengguyurkan air yang sangat dingin, dingin sekali.. ingin rasanya kuteguk hingga tenggorokan yang kering ini membasah, segar.!
Semakin kencang angin bertiup dengan percikan air bekas hujan dari arah timur, bertanda apa ya..? Hahahaha...aku tertawa sendiri sangat lebar di pagi yang super konyol ini, seperti orang primitif zaman kakekku waktu itu yang dapat membaca arti suasana hari atau dapat membaca serta menghitung arti hari jawa yang sedemikian adanya menurut argumentasi individu.
Mungkin sekarang para kakek atau nenek tak dapat menprediksi tahun yang seperti apa ini, karena mereka dibingungkan musim yang tak jelas dan tak tepat pada tempat yang semestinya dia hadir. Musim tahun ini memang membuatku semakin bingung. Hal yang kurasa nggak mungkin ternyata menjadi mungkin, bagaimana tidak.!! Musim yang mestinya kemarau kini telah berubah menjadi musim hujan yang tiada hentinya, sudah hampir setahun ini tanah penuh kekayaan alam ini terguyur hujan.
Pagi ini sangat membuatku resah atas alam yang kacau, padahal aku harus pergi kekampus sementara di luar sangatlah tak bersahabat jika harus pergi karena mendung menebal gelap. mungkinkah mereka merasakan apa yang kurasakan saat ini ? penyakit malas sepertinya menjangkit dalam sistem otakku lagi hingga seakan enggan keluar dari kamar tidur. wah....dunia ini memang penuh kejutan, ternyata dia hadir untuk meperindah suasana.
Begitu indah penuh warna yang tak mampu kuhitung satu persatu. Hadir disaat yang tepat hingga aku semangat untuk melangkah menikmati ini hari yang semestinya kurasa malas. Tepat jendela kamar hingga aku dapat menikmati keindahan itu dari dalam saja, Aku harus bergegas mandi mumpung semangat ini mulai tumbuh walau memaksa bahkan akan kutahan sebentarlah dinginya air kamar mandi karena aku ingin menikmati pelangi cepat.
Subhannallah.....sangat indah pelangi ini. Ingin rasanya aku berselimut dengan keindahan warnanya. Pelangi ! iya..hanya pelangi yang berhasil mengubah diriku menjadi semangat pagi ini. Ha..tetawa kecil saja karena aku malu dilihat tetangga yang sering memperhatikanku dengan keanehanku secara tiba-tiba. Apa benar aku seperti anak kecil? Atau kekanak-kanakan gitu..!! masakh..iya menikmati keindahan pelangi dengan tatapan yang tiada henti dibilang kayak anak kecil. Jujur..memang aku paling suka melihat dan menikmati keindahannya karena kala aku lupa segalanya dikala hujan turun yang kuingat hanyalah ALLAH dan pelanginnya yang penuh kejutan.
Masih..kata orang jawa yang katanya kalau ada pelangi tiba maka disitulah ada para bidadari cantik yang sedang mandi di sungai rame-rame, heheheheeheheheh aku tersenyum saja karena hal itu membuatku percaya nggak percaya. sedikit langkah cepat menuju kekampus dengan celana jeans kemeja kotak warna biru, rapi. Sedikit senyum.!
**********
Di kampus
cukup rame ternyata. Padahal aku berfikir hanya sebagian saja yang hadir mengikuti rapat organisasi jurusan. Dia “siapa den?” tanyaklu dengan suara pelan saat ada perempuan berjilbab pink yang tampak dari jauh warna ungu. Aku tanya pada Deny temen sekelas yang sering bersamaku. Ya...bisa dibilang cukup akrab denganku.
“dia namanya Nefsi” katanya.
Nefsi ? nama yang cukup indah, kataku dalam hati.
Aku sangat penasaran dibuatnya. Perempuan yang bejilbab rapi dengan wajah yang begitu polos tanpa polesan bedak sedikitpun. Sungguh alami perempuan itu dengan penampilan yang cukup sederhana. Aku gila dibuatnya..!!
Hahahahaha...kurasa tidak, ini hanya sekedar rasa kagum yang tidak lebih. Tatapan matanya memang sedikit bernyanyi seakan menyapaku. “Sepertinya dia sempurna...” kataku dalam hati.
Tertatih agak merunduk aku menuju kekelas. Ternyata tak seperti yang kubayangkan juga, hu...!!!!! kampus terlihat rame dari luar saja, emangnya pada mereka ya semua.! Hal ini yang terkadang membuatku malas. Memang ..aku terkadang nggak habis pikir dengan mereka semua seakan-akan pendidikan hanya sekedar buat kedok saja untuk menutupi keaktivitasan nggak jelas atau nggak mau dikatakan orang sebagai pengangguran belaka, itu suatu pengalaman yang kunilai dari teman sebangku denganku. Aku baru ingat, kemarin pagi aku membaca surat kabar yang isinya warga palestina dilarang beraktivitas serta anak kecil dilarang bersekolah. Astagfirullah....begitu biadab israel yang merusak mental para umat islam. Aku jadi terharu, sedih banget melihat serta mendengar seumat rasullullah dibantai seperti itu. ah..tragis.! Langkahku semakin cepat menuju perpustakaan dengan membawa air mineral berbotol tinggal separuh yang sudah kuteguk. Aku melihatnya lagi..!!!! iya..itu pasti dia. Nefsi...ya nefsi.! Dia sangat anggun duduk manis sambil membaca buku antologi puisi yang diterbitkan oleh komunitas sanggar sastra kampus.
“assalamu'alaikum” sapaku pelan.
Dia menoleh, menatap wajahku. Sungguh.., tatapan matanya seakan ingin bercumbu mesra dengan mataku sehingga aku lelah dan ingin mengatupkan, anggun..! iya..dia memang benar-benar anggun. Aku bisa memandang dia lebih dekat, sangat dekat. Senyum kecil yang spontanitas menerpaku manis. Dalam hati aku tersenyum lepas.
“wa'alaykumsallam” jawabnya.
Artikulasi yang cukup membuatku merinding itu sangat merdu menandakan bentuk kesopanan yang terlihat estetikanya. Seakan hati dalam sisi gelapku gelapku yang lapang ini menempati kekosongan dalam wujud ruang evolusi atas ketidakpuasan, ingin ku tersenyum bersamanya dan mengenal lebih jauh. Mentari diluar sepertinya sudah mulai menyengat, cerah.hatiku sangatlah nakal yang terkadang sering kagum ama orang yang sangat cantik,menurutku. Aku sangatlah tak kuasa untuk menafsirkan rasa jiwa ini yang seperti apa, sungguh..aku tak mampu. Tapi hati ini seakan serasa ingin bersama dia yang anggun, pencerah jiwaku yang pernah terkikis namun ketakutanku sangatlah meledak-ledak untuk menetapkannya sebagai pendampingku kelak karena sepertinya aku masih trauma dengan kisah cintaku sebelumnya yang jalan alur sang mantan bagai siti nurbaya.
Sesunggunya aku sangat merindukan sang mantan yang sudah berpeluk mesra dalam rumah tangga dengan pria pilihan ibunya, namun rindupun. Namun..rindupun menjadi duri dalam jiwa yang seakan menusuk tajam yang sehingga tercipta air mata yang hadir secara tiba-tiba. Hati gelisah, penuh tanda tanya yang seakan tak mampu kulantunkan satu persatu. Ingin rasanya kulantunkan semua namun bibir melarang. Yang ku bisa hanyalah begumam dengan mimik wajah yang nggak jelas makna.
Aku bosan jika mengingat hal itu sebenarnya. Namun terkadang aku mengingat yang nggak tahu awalnya dari mana yang ku ingat. Ingin rasanya cinta ini kusembunyikan dalam bantal saja,hehehehe aku tertawa sendiri ni...! sungguh gila.
“namanya siapa?” kataku Dengan wajah membiru tragis, dengan sedikit basa basi.
“nefsi”
Hanya satu kata yang dia lantunkan membuatku puas. Iya...sangat puas. Sehingga ku tak sadar tersenyum sendiri, senyumku mungkin untuknya. Iya..memang untuknya dan dia membalasnya. Waw..waw..hidup ini begitu nyaris indah dan sempurna ataukah memang benar-benar indah? Pernah ku dengar dari salah satu kerabat saya yang biasa disapa dengan nama thom. Nama yang cukup pendek itu tak mewakili otak yang cukup cerdas atau diplomatis. Dia sangat pintar dalam segala hal dengan jiwa yang super nasionalis.dia pernah berkata bahwa maju mundurnya suatu negara itu karena wanita, semua itu tergantung wanita yang mempengaruhi tindak dalam segala sikap para pria. Memang..aku sangat setuju atas hal itu bahkan amat sangat setuju kerena pada kenyataan pria sangatlah lemah disat kehadiran sesosok wanita,apalagi wajah anggun seperti nefsi yang membuatku mati gaya.
Lebih dari seperempat menit aku ngobrol yang mulanya nggak penting menjadi penting atau yang nggak semestinya untuk diobrolkan semua ku obrolkan dan mencari topik-topik yang menghidupkan suasana yang sehingga pembicaraanku tak mati sampai disitu saja, kalau orang bilang sich...sekedar basa-basi. Bertanya tempat tinggal hingga yang terakhir aku mendapatkan nomer handponenya.
“aku pergi dulu ya “katanya.
dengan tergesah gesah dia mengucapkan salam, hingga aku tertegun melihatnya dan nggak sadar sejenak. Aku benar-benar gila dibuatnya. Sesampai pintu keluar perpustakaan aku baru sadar kalo nefsi mengucapkan salam kepadaku. Astagfirullah....! “ wa'alaikumsallam” ucapku pelan.
Dari tadi yang melontarkan pertanyaan hanyalah aku semata. Apa-apaan ini? Sombong banget mungkin ya dia? Aku nggak ngerti apa yang tersembunyi dibalik semua ini bahkan diapun belum mengetahui siapa namaku. Kalo dibilang dia jaim mestinya dia tak akan pernah menjawab semua pertanyaanku. Dari nama, alamat, hingga nomer hp. Yang membuatku pusing, kenapa dia tidak bertanya identitasku? ah..biarlah..nanti kuhubungi saja dia lewat sms ato apalah ntar. Wanita membuatku tersenyum, wanita membuat hidup ini serasa indah bahkan wanita membuatku pusing jadinya.
Panggil saja aku tata'. Itulah nama keren yang sudah menjadi kebiasaan sapaan untukku dari teman-teman. Aku sangat nyaman dengan nama itu walau namaku yang sesunggunya adalah Dimas Prasetya. Aku terlahir sejak 20 tahun yang lalu dari sepasang rumah tangga antara sholih dan anis. Ayahku bekerja disalah satu pelabuhan yang tak jauh dari tempat tinggalku, dia sebagai penjual. Penjual ikan dari perahu ke perahu yang lain atau dari para nelayan yang setiap harinya pulang walau hanya membawa 2 ekor ikan. Sedangkan ibuku sebagai ibu rumah tangga yang tidak lebih. Aku anak tunggal, jadi tak heran kalau aku selalu dicucuri berbagai kemewahan serta kemanjaan yang terselimuti ditubuhku. Hidup kecukupan serta keluarga harmonis itu saja aku sudah bahagia.
Tak terasa Langit memerah senja dan aku harus pulang.
**********
“Lelahnya hari ini. Akhirnya sampai juga dirumah”
“aku harus sms nefsi tapi..dia sibuk nggak ya ? Tadi dia terburu-buru pergi dan keluar sangat kilat. Apa smsku bakalan dibalas? ah...nggak ah..aku diam saja.!
Tubuhku terasa lelah hingga aku menyandarkan tubuhku ditempat tidur bertumpukan bantal, sejenak aku terbayang raut wajahnya berkelebat depan mataku yang kuanggap itu hanyalah fatamorgana. Fatamorgana? Kata temenku fatamorgana adalah bayangan ilusi. Bayangan yang memang hanya bayangan.nggak pasti. Biarlah..argumen orang yang berbeda-beda. Ada yang mendiskripsikan bahwa fatamorgan adalah ketika cuaca yang sangat panas menyinari aspal dan aspal itu terlihat dari jauh seakan ada airnya padahal kenyataanya tidak. Wajahya semakin lama terus menggoda. Aku harus menghubungi dia. Aku sms dia.
“assalamualaikum, ini nefsi bukan ?
Lagi sibuk apa?
Tadi kenapa terburu-buru pergi?
Ada kepentingan mendadak ya ?
Ini nomerku yang tadi ngobrol diperpustakaan.
Tata' “
terlihat cerewet mungkin smsku. Tapi..aku benar-benar penasaran denganya. Mendung tebal telah menutupi langit yang berwarna senja. Sepertinya hari ini akan turun hujan lagi bahkan sangat deras. Hadirkah pelangi di langit yang senja ini ya? Jujur..aku sejak kecil memang sangat menyukai pelangi. Teringat saat masa kecil dikala sesudah turun hujan aku dengan teman-teman bersorakan pergi kesungai dan melihat indahnya warna pelangi yang sangat mengagumkan. Ciptaan ALLAH yang sangat indah, indah sekali. Subhannalaah....!
hingga mereka sering kali bersama melantunkan tembang lagu pelangi.
Aku suka itu.
Aku rindu itu.
Smsku belum juga dibalas. Sudah lebih dari lima menit, apa aku harus telpon dia? ah...malu.sungguh aku tak mampu menahan wajahku yang membiru tragis. Langit mewakili tangis dalam hati. Tampak jelas . Hujan turun begitu deras hingga aku sedikit kedinginan dan ingin buang kecil. Ke kamar mandi sejenak dan kembali bergegas. Kulihat HP sudah terterah dua sms. Yang satu dari tio teman SMAku yang ingin mengajaku roni. Yang kedua sms dari Dia. Nefsi sms yang bertuliskan:
“wa'alaykumsallam mas...! iya aku ingat kok.
Maaf tadi aku terburu-buru..!
karena ada undangan pernikahan temenku di tetangga sebelah”

Balasan sms itu sudah mewakili pengisian ruang dan waktuku dalam sepi. Aku tersenyum mesra antara bibir atas dan bawah..!! hahahahaha aku terpeseona. Kali ini terserah deh..aku ingin terbang tinggi untuk menggapai bintang yang paling terang untuk dia. Hahaha.. lebay .!
Tak terasa aku bergelut dengan sms yang saling melontarkan pertanyaan hingga aku merasa lelahg dan mengucapkan selamat malam dan mimpi indah.
**********

Pagi.
Dengan santun mata telah terbuka perlahan, lambaian embun telah tersipu atas mentari yang menggelitik. ah....nyanyianku hanya sebatas kata menyapa. Melepas nada dalam artikulasi burung dengan suara aktivis para pekerja melewati jalan trotoar dengan tertatih, da juga yang dengan langkah cepat. Maklum... keterbatasan materi dalam kehidupan disegala aspek berekonomi keluarga hingga transportasi pribadi tak dimiliki individu. Kesibukan yang berwarna-warni telah menyelimuti indahnya kota yang semakin gaduh. Asap tebal kendaraan umum, bel tranportasi saling bersahutan telah kudengar bagai terompet yang ditiup dengan serentak kala tahun baru. Mereka telah berpartisipasi dalam lengkungnya sinar atas menyambut pagi mencari nafkah. Pasti.
Lamunanku tersentak atas bunyi ponsel. Beberapa sms dari nefsi sejak adzan shubuh tadi. Astagfirullah.... aku terlelap dalam manisnya mimpi. Ibunya sakit dan sekarang lagi diopname di rumah sakit islam yogyakarta. Entahlah...aku kurang tahu sakit apa yang telah diderita ibunya nefsi. Dengan langkah tergesah-gesah mencari angkutan umum menuju RS islam yogyakarta. Jarak antara rumah sakit dengan rumahku sekitar 10km. Panik..! aku terlalu panik sepertinya. Entah getaran ini mungkin berawal dari kedekatanku dengan nefsi sangat erat. Sudah terlalu lama. Iya...sekitar 6 bulan lebih aku dekat denganya dan kurasa itu sangat lama.
Sesampai di rumah sakit. Kulihat ibunya terbaring lemas dengan wajah yang sangat pucat. Sementara nefsi termenung disampingnya dengan membawa AL-QUR'AN. Matanya bengkak bekas air mata yang sangat berlebihan. Bibir yang sangat merah terlihat mengering. Kasihaaan...nefsi, dia harus menaggung semua ini tanpa ayah yang sudah lama meninggal sejak ia duduk dibangku SD. Yang menanggung semua dalam kehidupan sehari-hari adalah tiga kakak yang menjabat sebagai pegawai negeri sipil, dua kakak bertugas di kota ngawi. Dan satu kakak tinggal bersama nefsi dan ibunya.. dua kakak yang tinggal di ngawi sudah menikah. Sementara kakaknya yang satunya baru tunangan, saudaranya semua cowok yang sangat bekerja keras.

“assalamu'alaykum” ucapku pelan.
“wa'alaykumsallam” jawabnya dengan lirih.

Ibunya terbangun. Hingga aku merasa asing dalam tatapannya. Aku malu. Ibunya mempersilahkanku duduk disampingnya.
“silahkan duduk nak....”
“ iya...bu'..!” gugup .
aku sangat gugup banget, yang saya takutkan aku ditanya yang aneh-aneh tentang hubunganku dengan nefsi. Padahal selama ini aku dan dia hanya sebatas sahabat dan belum lebih. Walau sejujurnya aku sangat mengharapkannya. ah....terlalu berangan konyol.

“ada hubungan apa kamu dengan nefsi, nak..?” kata ibu' dengan nada terdendat-endat oleh nafas yang terengah-engah.
Ternyata dugaanku benar, inilah yang sangat aku takutkan. Aku terdiam tak bisa berkata sementara nefsi tersenyum seakan ingin tertawa atas sikapku yang kaku dan aneh.
“ ibu.....apa'an sih..?” kata nefsi manja.
“udalah..nak, ibu kan hanya tanya, apa salahnya ibu tahu semua teman yang baik denganmu” sahut ibu.
“tapi...waktunya nggak tepat bu'..., ibu harus istirahat saja.”
“udalah ...nefsi..., aku hanya ingin tanya.”

ibunya nefsi seakan sangat penasaran atas kedatanganku yang sangat sopan dengannya. Tak terhenti pecakapan antara ibu dengan nefsi untuk mempertanyakan siapa aku. Lah....siapa aku ? Kenapa nefsi malu menjawabnya? Bukannya kita hanya sebatas teman? Kalaupun lebih sekedar sahabat ? Aneh...aneh...! sejenak aku terfikir apakah dia memiliki rasa yang sama denganku untuk saling memiliki? ah.....apakah mungkin, dia mengharapkan hal itu.
“dia pacarku bu'..?” kata nefsi tegas.

Sungguh..aku tak menyangka kalo dia berkata seperti itu, akupun tertegun. Nefsi sangatlah berani berkata itu kepada ibuny. Atau mungkin ada maksud tertentu untuk membahagiakan ibunya?.
hu.....dunia selalu memberikan kejutan. Ibunya menatapku cerah, dia tersenyum dan memegang tanganku. Ingin rasanya aku menangis atas belaian tangannya kepadaku.
“ jangan pacaran ya...nak., langsung saja menikah.” kata ibu' sambil memegang tanganku serta tangan nefsi.

Jantungku berdegub keras, gemetar . Keringat yang seakan bercucuran kuusap dengan pelan. Ibunya nefsi benar. Kurasa terlalu buruk jika masa-masa dihabiskan tak da gunanya dan terlalu sakit jika karena cinta dalam berpacaran. Suatu penegasan yang membuatku tersenyum lepas, ternyata dugaanku selama ini benar. Nefsi mencintaiku. Nefsi menganggukkan kepala dan aku tersenyum.
Senyumku terasa menari diatas kapas yang sangat lembut. Aku bahagiaaa...!
“yaa....sudah.., sebentar lagi kalian sudah skripsi kan ? Nanti antara ibu dan ibu tata' akan membicarakan tentang persoalan ini, tp..sebelumnya ibu akan sillaturrahmi dulu kerumah kamu nak..!” ucap ibu'
“ insya'ALLAH bu'...aku akan membicarakan hal ini kepada orang tuaku dan segera memperkenalkan nefsi pada mereka.” kataku tegas.santun
ibu nefsi tersenyum, tangannya masih memegang erat tanganku dan tangan nefsi. Tanganya sangat dingin, bahkan wajah ibu nefsipun terlihat sangat pucat. Dia terpejam tak bersuara. Detak jantungnya terhenti serta kepala yang tersandar kini terebah kesamping belakang. Dia meninggal.
“Innalillahi wa'innalillahi raaji'un”
nefsi menangis keras..hingga terdengar para dokter dan perawat rumah sakit. Ternyata ibu nefsi mengalami gangguan pada ginjal hingga nyawa telah merengutnya. Akupun ikut meneteskan air mata. Air mata yang terjatu lewat sela-sela kesedihan yang membutku ingin teriak sekeras mungkin. Baru saja aku ingin membahagiakan nefsi serta ibunya, namun kini telah terhenti ditengah jalan. Aku harus membahagiakan nefsi hingga seja telah melambai-lambai atas keriput wajah serta uban yang yang melingkar rata dikepala.
Aku sangat mencintanya juga menyanginya, aku tak ingin luput untuk membuatnya tersenyum.

Hari itu juga ibunya nefsi dimakamkan. Beliau telah pergi selamanya dan sejauh mungkin tak akan pernah kembali untuk memeluk erat tubuh nefsi kala sedih, sementara air mata ini terus saja mengalir tak terhenti. Kuusap air matanya dengan sapu tangan, kuusap dengan lembut serta perasan kasih saying yang sangat dalam, sungguh...aku takut berbuat zinnah jika aku memandangnya terlalu lama. Aku takut suara masyarakat yang menggap kita seperti warna-warni. ah...biarlah.....!

hampir satu tahun kepergian ibunya nefsi. Dan hari ini aku dan nefsi telah diwisuda.
Selang satu bulan aku dan diapun menikah. Menitih kehidupan baru yang sangat harmonis. Mencoba tegar dalam menghadapi apapun meski hujan dimata masih terkadang menetes deras dari segala masalah. Namun aku dengannya mencoba tegar dalam menghadapi segala kepahitan yang ada.
Semoga manisnya empedu dapat kurasakan.

***********

fiksiku.
akhsan taqweens
lamongan,23 september 2010

puisi

Hujan
(menangis)


Hujan..
Bisikilah dia….
Aq rindu padanya…
Hujan…..
Aku malu pada mereka yang mendengar..
Kecuali Dia..!!
Ingin ku kupas cerita masa lalu denganya
Manis…..
Pahit……
Hujan…
dia pergi..
tanpa senyum permisi untukku
hanya kepada dia kau turun
kepada sakit hati kau turun..!
Aku enggan tersenyum..
Karena hati ini memaksa gunda
Sendu malam alunan jiwa

Minggu, 30 Mei 2010

cerpen mereka. kumpulan-cerpen.blogspot.com/

Peradilan Rakyat
Cerpen Putu Wijaya
Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.

"Tapi aku datang tidak sebagai putramu," kata pengacara muda itu, "aku datang ke mari sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang kacau ini."

Pengacara tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.

"Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?"
Pengacara muda tertegun. "Ayahanda bertanya kepadaku?"
"Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung
tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini."
Pengacara muda itu tersenyum.
"Baik, kalau begitu, Anda mengerti maksudku."

"Tentu saja. Aku juga pernah muda seperti kamu. Dan aku juga berani, kalau perlu kurang ajar. Aku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya. Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar negeri bukan? Mereka menyebutku Singa Lapar. Aku memang tidak pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di negeri ini. Kamu bisa banyak belajar dari buku itu."

Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisa-sisa keperkasaannya masih terasa.

"Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri."

Pengacara tua itu meringis.
"Aku suka kau menyebut dirimu aku dan memanggilku kau. Berarti kita bisa bicara sungguh-sungguh sebagai profesional, Pemburu Keadilan."
"Itu semua juga tidak lepas dari hasil gemblenganmu yang tidak kenal ampun!"
Pengacara tua itu tertawa.
"Kau sudah mulai lagi dengan puji-pujianmu!" potong pengacara tua.
Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada kekeliruannya lalu minta maaf.

"Tidak apa. Jangan surut. Katakan saja apa yang hendak kamu katakan," sambung pengacara tua menenangkan, sembari mengangkat tangan, menikmati juga pujian itu, "jangan membatasi dirimu sendiri. Jangan membunuh diri dengan diskripsi-diskripsi yang akan menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara alam, karena kamu sangat diperlukan oleh bangsamu ini."

Pengacara muda diam beberapa lama untuk merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya dengan lebih tenang.

"Aku datang kemari ingin mendengar suaramu. Aku mau berdialog."
"Baik. Mulailah. Berbicaralah sebebas-bebasnya."

"Terima kasih. Begini. Belum lama ini negara menugaskan aku untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Pihak keluarga pun datang dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, bahwa pada akhirnya negara cukup adil, karena memberikan seorang pembela kelas satu untuk mereka. Tetapi aku tolak mentah-mentah. Kenapa? Karena aku yakin, negara tidak benar-benar menugaskan aku untuk membelanya. Negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada kebangkitan baru. Penjahat yang paling kejam, sudah diberikan seorang pembela yang perkasa seperti Mike Tyson, itu bukan istilahku, aku pinjam dari apa yang diobral para pengamat keadilan di koran untuk semua sepak-terjangku, sebab aku selalu berhasil memenangkan semua perkara yang aku tangani.

Aku ingin berkata tidak kepada negara, karena pencarian keadilan tak boleh menjadi sebuah teater, tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin danbeku. Tapi negara terus juga mendesak dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. Di situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa alasan. Lalu aku melakukan investigasi yang mendalam dan kutemukan faktanya. Walhasil, kesimpulanku, negara sudah memainkan sandiwara. Negara ingin menunjukkan kepada rakyat dan dunia, bahwa kejahatan dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara tetap dapat menjebloskan bangsat itu sampai ke titik terakhirnya hukuman tembak mati, walaupun sudah dibela oleh tim pembela seperti aku, maka negara akan mendapatkan kemenangan ganda, karena kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan bersih, karena aku yang menjadi jaminannya. Negara hendak menjadikan aku sebagai pecundang. Dan itulah yang aku tentang.

Negara harusnya percaya bahwa menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang bersih, sebagaimana yang sudah Anda lakukan selama ini."

Pengacara muda itu berhenti sebentar untuk memberikan waktu pengacara senior itu menyimak. Kemudian ia melanjutkan.

"Tapi aku datang kemari bukan untuk minta pertimbanganmu, apakah keputusanku untuk menolak itu tepat atau tidak. Aku datang kemari karena setelah negara menerima baik penolakanku, bajingan itu sendiri datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan hormat supaya aku bersedia untuk membelanya."

"Lalu kamu terima?" potong pengacara tua itu tiba-tiba.
Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap pengacara tua itu dengan heran.
"Bagaimana Anda tahu?"

Pengacara tua mengelus jenggotnya dan mengangkat matanya melihat ke tempat yang jauh. Sebentar saja, tapi seakan ia sudah mengarungi jarak ribuan kilometer. Sambil menghela napas kemudian ia berkata: "Sebab aku kenal siapa kamu."

Pengacara muda sekarang menarik napas panjang.
"Ya aku menerimanya, sebab aku seorang profesional. Sebagai seorang pengacara aku tidak bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan kewajibanku sebagai pembela. Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang membutuhkan keahlianku untuk membantu pengadilan menjalankan proses peradilan sehingga tercapai keputusan yang seadil-adilnya."

Pengacara tua mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
"Jadi itu yang ingin kamu tanyakan?"
"Antara lain."
"Kalau begitu kau sudah mendapatkan jawabanku."
Pengacara muda tertegun. Ia menatap, mencoba mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang tua itu.
"Jadi langkahku sudah benar?"
Orang tua itu kembali mengelus janggutnya.

"Jangan dulu mempersoalkan kebenaran. Tapi kau telah menunjukkan dirimu sebagai profesional. Kau tolak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu tidak hanya ada usaha pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar dalam profesimu sebagai ahli hukum, tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan politik. Namun, tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah kau terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai profesional kau tak bisa menolak mereka yang minta tolong agar kamu membelanya dari praktik-praktik pengadilan yang kotor untuk menemukan keadilan yang paling tepat. Asal semua itu dilakukannya tanpa ancaman dan tanpa sogokan uang! Kau tidak membelanya karena ketakutan, bukan?"
"Tidak! Sama sekali tidak!"
"Bukan juga karena uang?!"
"Bukan!"
"Lalu karena apa?"
Pengacara muda itu tersenyum.
"Karena aku akan membelanya."
"Supaya dia menang?"

"Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. Yang ada hanya usaha untuk mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan masalah lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting. Demi memuliakan proses itulah, aku menerimanya sebagai klienku."
Pengacara tua termenung.
"Apa jawabanku salah?"
Orang tua itu menggeleng.

"Seperti yang kamu katakan tadi, salah atau benar juga tidak menjadi persoalan. Hanya ada kemungkinan kalau kamu membelanya, kamu akan berhasil keluar sebagai pemenang."

"Jangan meremehkan jaksa-jaksa yang diangkat oleh negara. Aku dengar sebuah tim yang sangat tangguh akan diturunkan."

"Tapi kamu akan menang."
"Perkaranya saja belum mulai, bagaimana bisa tahu aku akan menang."

"Sudah bertahun-tahun aku hidup sebagai pengacara. Keputusan sudah bisa dibaca walaupun sidang belum mulai. Bukan karena materi perkara itu, tetapi karena soal-soal sampingan. Kamu terlalu besar untuk kalah saat ini."

Pengacara muda itu tertawa kecil.
"Itu pujian atau peringatan?"
"Pujian."
"Asal Anda jujur saja."
"Aku jujur."
"Betul?"
"Betul!"

Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Yang tua memicingkan matanya dan mulai menembak lagi.
"Tapi kamu menerima membela penjahat itu, bukan karena takut, bukan?"

"Bukan! Kenapa mesti takut?!"
"Mereka tidak mengancam kamu?"
"Mengacam bagaimana?"
"Jumlah uang yang terlalu besar, pada akhirnya juga adalah sebuah ancaman. Dia tidak memberikan angka-angka?"

"Tidak."
Pengacara tua itu terkejut.
"Sama sekali tak dibicarakan berapa mereka akan membayarmu?"
"Tidak."
"Wah! Itu tidak profesional!"
Pengacara muda itu tertawa.
"Aku tak pernah mencari uang dari kesusahan orang!"
"Tapi bagaimana kalau dia sampai menang?"
Pengacara muda itu terdiam.
"Bagaimana kalau dia sampai menang?"
"Negara akan mendapat pelajaran penting. Jangan main-main dengan kejahatan!"
"Jadi kamu akan memenangkan perkara itu?"
Pengacara muda itu tak menjawab.
"Berarti ya!"
"Ya. Aku akan memenangkannya dan aku akan menang!"

Orang tua itu terkejut. Ia merebahkan tubuhnya bersandar. Kedua tangannya mengurut dada. Ketika yang muda hendak bicara lagi, ia mengangkat tangannya.

"Tak usah kamu ulangi lagi, bahwa kamu melakukan itu bukan karena takut, bukan karena kamu disogok."
"Betul. Ia minta tolong, tanpa ancaman dan tanpa sogokan. Aku tidak takut."

"Dan kamu menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau perlindungan balik kelak kalau kamu perlukan, juga bukan karena kamu ingin memburu publikasi dan bintang-bintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci negaramu, bukan?"

"Betul."
"Kalau begitu, pulanglah anak muda. Tak perlu kamu bimbang.

Keputusanmu sudah tepat. Menegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai tuduhan, seakan-akan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengejaran keadilan dan kebenaran. Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, kalau kamu mampu terus mendengarkan suara hati nuranimu sebagai penegak hukum yang profesional."

Pengacara muda itu ingin menjawab, tetapi pengacara tua tidak memberikan kesempatan.
"Aku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia."

Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah dan kesakitan.

"Pulanglah sekarang. Laksanakan tugasmu sebagai seorang profesional."
"Tapi..."

Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.
"Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam."

Entah karena luluh oleh senyum di bibir wanita yang memiliki mata yang sangat indah itu, pengacara muda itu tak mampu lagi menolak. Ia memandang sekali lagi orang tua itu dengan segala hormat dan cintanya. Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga wanita itu, agar suaranya jangan sampai membangunkan orang tua itu dan berbisik.

"Katakan kepada ayahanda, bahwa bukti-bukti yang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit dan lemah. Peradilan ini terlalu tergesa-gesa. Aku akan memenangkan perkara ini dan itu berarti akan membebaskan bajingan yang ditakuti dan dikutuk oleh seluruh rakyat di negeri ini untuk terbang lepas kembali seperti burung di udara. Dan semoga itu akan membuat negeri kita ini menjadi lebih dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita akan menjadi bangsa yang lalai."

Apa yang dibisikkan pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu tertawa terkekeh-kekeh. Ia merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.

Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.

"Setelah kau datang sebagai seorang pengacara muda yang gemilang dan meminta aku berbicara sebagai profesional, anakku," rintihnya dengan amat sedih, "Aku terus membuka pintu dan mengharapkan kau datang lagi kepadaku sebagai seorang putra. Bukankah sudah aku ingatkan, aku rindu kepada putraku. Lupakah kamu bahwa kamu bukan saja seorang profesional, tetapi juga seorang putra dari ayahmu. Tak inginkah kau mendengar apa kata seorang ayah kepada putranya, kalau berhadapan dengan sebuah perkara, di mana seorang penjahat besar yang terbebaskan akan menyulut peradilan rakyat seperti bencana yang melanda negeri kita sekarang ini?" ***

Cirendeu 1-3-03

Sabtu, 29 Mei 2010

pemalas untuk mereka yang tak gerak

WASPADALAH............ penyakit mALAS

Friday, January 11, 2008
MENGATASI PENYAKIT MALAS
MENGATASI PENYAKIT MALAS Diambil dari: Rasa Malas dan Cara Mengatasinya oleh Edy Zaqeus

Malas adalah penyakit mental. Siapa dihinggapi rasa malas, sukses pasti jauh dari gapaian. Rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban,dll. Jika keluarga besar dari rasa malas ini mudah sekali muncul dalam aktivitas sehari-hari kita, maka dijamin kinerja kita akan jauh menurun. Bahkan bisa jadi kita tidak pernah bisa mencapai sesuatu yang lebih baik sebagaimana yang kita inginkan.

Rasa malas sejatinya merupakan sejenis penyakit mental. Siapa pun yang dihinggapi rasa malas akan kacau kinerjanya dan ini jelas-jelas sangat merugikan. Sukses dalam karir, bisnis, dan kehidupan umumnya tidak pernah datang pada orang yang malas. Rasa malas juga menggambarkan hilangnya motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan atau apa yang sesungguhnya dia inginkan. Nah, bagaimana cara mengatasinya ? Berikut kiat-kiatnya :

1. MEMBUAT TUJUAN
Orang yang malas biasanya TIDAK MEMILIKI MOTIVASI untuk berkembang ke arah kehidupan yang lebih baik. Sementara orang yang tidak memiliki motivasi biasanya TIDAK MEMILIKI TUJUAN HIDUP yang pantas dan layak untuk diraih. Dan orang yang tidak memiliki tujuan-tujuan hidup, biasanya sangat jarang bahkan mungkin tidak pernah menuliskan resolusi atau komitmen pencapaian hidup.

Tanpa tujuan, resolusi, atau komitmen-komitmen pencapaian hidup, maka seseorang hanya bergerak secara naluriah dan sangat rentan diombang-ambingkan situasi di sekelilingnya. Posisi seperti ini membuatnya menjadi pasif, menunggu, TERGANTUNG PADA SITUASI, dan cenderung menyerah pada nasib. Tidak adanya sumber-sumber motivasi hidup menyebabkan kemalasan. Supaya motivasi muncul, seseorang harus berani memutuskan tujuan hidupnya.

2. MENGASAH KEMAMPUAN
Orang yang memiliki tujuan-tujuan hidup yang pasti, membuat resolusi dan komitmen-komitmen pencapaian biasanya memiliki motivasi tinggi. Akan lebih baik lagi jika tujuan dilengkapi dengan AKTIVITAS PEMBELAJARAN, seperti mencari cara yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan tersebut. Kita juga perlu mengasah kemampuan secara berkala supaya langkah yang diambil itu akan membawa kita pada pencapaian tujuan.

Contoh : jika pada tahun yang sudah ditargetkan kita ingin menjadi konsultan, maka sejak sekarang aktivitas kita sudah harus difokuskan ke arah tujuan tersebut. Kita harus terus mengasah kemampuan mendiagnosa masalah, menemukan penyebab, menganalisis, mengkomunikasikan gagasan, menawarkan solusi, dan memperbaiki kemampuan presentasi.

Jika aktivitas-aktivitas pembelajaran itu dilakukan secara konsisten dan dengan komitmen sepenuhnya, maka kita telah berada di JALUR YANG BENAR. Kemampuan kita dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah juga akan meningkat. Dengan sendirinya ini akan semakin memperkuat rasa percaya diri kita, menebalkan komitmen pencapaian tujuan, dan tentu saja menumbuhkan semangat.

Sebaliknya, jika kita sama sekali menolak aktivitas-aktivitas pembelajaran, komitmen akan semakin melemah, semangat turun, dan kemalasan akan datang dengan cepat. Pada titik ini, tujuan-tujuan, resolusi atau komitmen yang sudah kita buat sudah tidak memiliki arti lagi. Sayang sekali.

3. PERGAULAN DINAMIS
Para pemenang berkumpul dengan sesama pemenang, sementara para pecundang cenderung berkumpul dengan sesama pecundang. Ungkapan tersebut mengandung kebenaran. Sulit sekali bagi seorang pemalas untuk hidup di lingkungan para pemenang. Sulit bagi orang malas untuk berada secara nyaman di tengah-tengah orang yang sangat optimis, sibuk, giat bekerja, dan bersemangat mengejar prestasi. Demikian sebaliknya. Sulit sekali bagi para high achiever untuk betah berlama-lama dengan para orang malas dan pesimistik.

Situasi atau lingkungan di mana kita berada sungguh ada pengaruhnya. Orang yang mulai dihinggapi rasa malas sangat dianjurkan agar menjauhi mereka yang juga mulai diserang kebosanan, putus asa, rasa enggan, apalagi negative thinking. Sepintas, berkeluh kesah dengan mereka dengan orang-orang seperti itu dapat melegakan hati. Ada semacam rasa pelepasan dari belenggu psikologis. Walau demikian, dalam situasi malas sedang menyerang, mendekati orang-orang yang sedang down sama sekali tidak menolong satu sama lain.

Jika rasa malas mulai menyerbu kita, jangan berlama-lama duduk berdiam diri. Cara paling ampuh menghilangkan kemalasan adalah bangkit berdiri dan menghampiri orang-orang yang sedang tekun dan bersemangat melakukan sesuatu. Manusia-manusia optimis, self-motivated, punya ambisi, positive thinking, dan memiliki tujuan hidup pasti, umumnya MEMANCARKAN AURA POSITIF kepada apa pun dan siapa pun di ekelilingnya. Pancaran optimisme dan semangat itulah yang bisa menginspirasi orang lain, bahkan menularkan semangat yang sama sehingga orang lain jadi ikut tergerak.

4. DISIPLIN DIRI
Jika kita mau bersikap keras dan disiplin pada diri sendiri, maka banyak hal akan bisa kita kerjakan dengan baik. Bayangkan, bagaimana seorang atlet bisa menjadi juara jika dia tidak disiplin berlatih dengan tekun ? Bagaimana mungkin ada pekerja profesional yang bagus karirnya jika dia sering mangkir atau bolos kerja ?

Sebaliknya, jika kita terlalu lunak atau memanjakan diri sendiri, memelihara kemalasan, mentolerir kinerja buruk, tidak merasa bersalah jika lalai atau gagal dalam tugas, maka dunia luar akan sangat tidak bersahabat. Olahragawan yang manja pasti tidak akan pernah jadi juara. Seorang sales yang malas tidak akan pernah besar penjualannya. Jika Anda lunak pada diri sendiri, maka dunia akan keras pada Anda.

Rasa malas jelas merugikan. Obat mujarabnya adalah menumbuhkan KEBIASAAN MENDISIPLINKAN DIRI dan menjaga kebiasaan positif tersebut. Sekalipun seseorang memiliki cita-cita atau impian yang besar, jika kemalasannya mudah muncul, maka cita-cita atau impian besar itu akan tetap tinggal di alam impian. Jadi, kalau Anda ingin sukses, jangan mempermudah munculnya rasa malas.








TIPS Menghilangkan Malas


Disusun ulang oleh: Ummu Aufa

“Tugas kuliah masih menumpuk di meja, Menghafalkan surat, yah…… hanya dapat ayat pertama saja sudah bosen, mau membaca tetapi mengantuk akhirnya buku-buku kajian beralih fungsi menjadi bantal, kasur empuk selalu menyapaku di malam hari, hmm… apa yang bisa diperbuat agar malas jauh dari diriku?! Akankah hidup yang bagaikan musafir ini disia-siakan begitu saja? Tidak… tidak boleh hal itu terjadi padaku, aku harus bisa memusuhi 5 huruf itu yaitu MALAS.”

Malas bisa kita hindari ketika ia datang menyerang kemauan dan semangat kita, di bawah ini ada beberapa tips antara lain:

1. Membasuh muka atau mandi ketika kantuk menyerang.
2. Mengubah posisi duduk ketika membaca. Misalnya dari duduk berubah menjadi berdiri, namun disarankan jangan dari duduk terus berbaring bisa berbahaya atau bisa kebablasan tidur.
3. Berpindah dari ruang baca ke kamar yang lain. Kalau sebagai anak kos bisa disiasati, berpindah dari kamar kita ke beranda kos, ruang tamu atau bahkan bisa juga ke dapur.
4. Menghirup udara yang segar dengan cara berdiri di dekat jendela atau membuka jendela-jendela kamar lain untuk menambah kesegaran. Sebagai anak kos bisa disiasati dengan menciptakan aroma terapi, misalnya dengan menyemprot ruangan dengan wangi-wangian dan jika ada kipas angin, bisa menyetel kipas untuk menyebarkan wangi-wangian tersebut ke segala ruang. Karena mungkin tidak semua anak kos mempunyai jendela kamar.
5. Berjalan-jalan sebentar di sekeliling rumah. Bisa diganti dengan kegiatan yang lain misalnya merapikan rak yang berantakan, atau kegiatan yang lain yang bisa menggerakkan otot-otot kita.
6. Berbincang-bincang sebentar dengan keluarga atau teman sekos namun mengenai hal mubah bukan keharoman. Hati-hati jangan sampai lupa tujuan utama dalam berbincang-bincang yaitu untuk menumbuhkan semangat, bukan untuk ngobrol bahkan meng-ghibah.
7. Berdiri membuat secangkir kopi, teh, susu atau juice untuk menghilangkan kebosanan dan menjernihkan akal.
8. Mengubah kegiatan ketaatan. Misal bosan menghafalkan surat berganti dengan membaca, jika membaca bosan bisa diganti dengan mendengarkan kajian lewat CD.

Itulah beberapa tips agar kita bisa terjauh dari penyakit malas. Akan tetapi yang paling utama jangan sampai kita lupa berdo’a agar Alloh senantiasa memberi kita semangat dan agar menjauhkan diri kita dari penyakit malas tersebut. Wallohu A’lam bishowab.

Semoga tips di atas dapat bermanfaat bagi penulis ataupun bagi pembaca. Selamat tinggal Malas…

Maraji’: Kaifa Tatahammas

***

Artikel www.muslimah.or.id

sekilas tentang diriku




TENTANGMU SANG MOTIVATOR
Sinar itu tidak ada…!
Titik pancar itu tak hadir malam ini.
Terenyah kesunyian gelap.
Bergelimbung sedih tentang perawan yang hilang bagai debu dengan angin.
Kemana ?
Ah…terlalu konyol jika sejarah ini ku kupas kembali.
Malu…. Aku…malu…aku.. ragu…!
Bagai penghinaan dalam perjalanan hidup tiada ujungnya..!
Satu persatu kupetik sebersih mungkin.
Lukaku kurapikan sepraktis mungkin.
Sakit…sakit…sakit…..
Sehingga aku tak optimis,keraguanku melampui batas.
Trauma……!!!aku tak dapat lagi menikmati keindahan bunga.
Bunga indah.
Bunga hati.
Bunga layu.

Ah……terasa malu jika aku membaca syair itu kembali..!! kayaknya membuatku ngeri tujuh turunan..
huhhhgggggghh..??????!!!!!!
bagaimana mungkin aku dapat menikmati keindahan cinta dengan sempurna..sementara sejarah itu membekas dibenakku yang sehingga aku merasa ragu untuk melangkah.
Aku takut…, keraguanku melampui batas, mereka bilang kalo aku tidaklah sesosok pria yang gentleman pada umumnya.
“kamu kenapa sich..takut banget jika ku ajak ngobrol?”kata temen perempuan sekelasku yang selalu menduduki peringkat pertama se-angkatan.
“gak kok,biasa aja.”jawabku dengan senyum kecil.
Aku takut hal itu sangatlah terulang lagi,aku ingin hidup bebas secerah mereka yang tanpa luka dihati,kuakui.
Perempuan tadi bisa dikatakan perempuan paling cantik diantara teman-teman yang lainnya,perempuan berjilbab panjang yang dirindukan surga karena kesholihaanya.
Subhannallah……..!
Sekilas kuterbayang “andai semua wanita seperti itu,mungkin hidup ini lebih indah dan selalu optimis dengan suatu dorongan motivasi dari para perempuan yang kelak akan menjadi makmum para pria seutuhnya.
Perempuan itu.!! Iya…perempuan itu mengingatkanku kembali disaat aku pergi ke kota yang sangat terpencil, disaat aku ingin shalat berjamaah ada sesosok wanita yang sangat ayu.
Dia memakai jilbab panjang warna putih dengan kombinasi bunga-bunga kecil,dan memakai jutbah abu-abu.! Subhanallah…dia tersenyum kepadaku..! aku memalingkan pandangan..aku takut melakukan zinnah mata ketika aku terlalu lama memandangnya,sesudah itu aku nggak tahu keselanjutannya.
dengan spontanitas aku berdo’a kepada ALLAH mudah-mudahan jodohku seperti Dia.!!
Dia datang kembali menghampiriku,kali ini aku rasa dia hanya basa-basi kepadaku.
“assalamu’alaikum”dengan lirih dia lantunkan salam itu
“wa’alaikumsallam warraqmatullahi wabarakhatu”jawabku.
“kamu kenapa sich..selalu menghindar?”
Pertanyaan itu diulang lagi,aku basi mendengarnya aku pun bergegas meninggalkan dia dan mengucapkan sallam.
“assalamualikum” kataku .
Mungkin dia bingung kalo aku tidak menjawab pertanyaannya,
Perempuan itu namanya Arini syaiddah,mereka(temanya)selalu menyapa dengan nama pendek Arin.
“Perempuan yang sholihah dan pintar”kataku dalam hati, dan sambil tersenyum sendiri ketika ia Tanya aku tak menjawab.
Aku takut….sungguh aku takut….!!!!
.
Bersambung.......!!!!!!!!

Jumat, 01 Januari 2010

PERSAHABATAN

Persahabatan adalah penentuan kebutuhan jiwa. Ladang hati yang dengan kasih kalian taburi dan kalian pungut buahnya penuh rasa terima kasih. Naungan sejuk keteduhanmu, api unggun kehangatan jiwa. Karena kalian menghampiri di kala hati gersang kelaparan dan mencarinya di kala jiwa perlu kedamaian
*
Dalam persahabatan yang tanpa kata, segala pikiran, harapan dan keinginan terungkap dan terangkum bersama - menyimpan keutuhan. Ketika tiba saat perpisahan, jagan kalian berduka, sebab apa yang kalian kasihi darinya mungkin akan nampak lebih cemerlang dari kejauhan - seperti gunung yang tampak lebih agung terlihat dari padang dan daratan. Jangan ada tujuan lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya jiwa. Karena cinta kasih yang masih mengandung pamrih hanyalah jaring yang ditebarkan keudara - hanya menangkap kekosongan semata.

Berikan yang terindah untuk persahabatan, jika dia harus tahu musim surutmu biarlah dia mengenal pula musim pasangmu. Sebab apa makna persahabatan jika sekedar mengisi waktu senggang ? Carilah ia untuk bersama - menghidupkan sang waktu !

Seorang sahabat akan mengisi kekuranganmu bukan keisenganmu. Dan dalam kemanisan persahabatan, biarkanlah ada tawa ria kegirangan, berbagi duka dan kesenangan. Sebab dalam rintik lembut embun, hati manusia menghirup fajar yang terbangun, dan mendapatkan kesegaran gairah kehidupan.




perlu diingat jg kawan........





*
Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, seseorang tidak beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar. Yang terbaik di antara kalian adalah mereka yang berakhlak paling mulia. Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian. (Nabi Muhammad SAW)
*
Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal.
*
Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.
*
Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu, dan uangnya adalah pinjaman. Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, dan pinjaman itu haruslah dikembalikan.
*
Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak. (Khalifah 'Ali)
*
Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah.
*
Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah saksimu adalah juga hakimmu.
*
Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku.
*
Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk
*
Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar.
*
Dia yang menciptakan mata nyamuk adalah Dzat yang menciptakan matahari. Penderitaan jiwa mengarahkan keburukan. Putus asa adalah sumber kesesatan; dan kegelapan hati, pangkal penderitaan jiwa. Kebersamaan dalam suatu masyarakat menghasilkan ketenangan dalam segala kegiatan masyarakat itu, sedangkan saling bermusuhan menyebabkan seluruh kegiatan itu berhenti. Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa. Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan. Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran yang baik. Dan seseoran yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan kenikmatan dari hidup.
*
Pengetahuan tidaklah cukup; kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup; kita harus melakukannya. Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Kearifan ditemukan hanya dalam kebenaran.
* Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.