Senin, 27 September 2010

CERITA MINIKU. fiksi

pelangi hitam
terlalu mendrama jika aku menangis dalam kesendirianku. hancur namaku yang menyimbolkan sebagai lelaki. biarlah.... semua sudah terlanjur larut yang sehingga warna itu sudah tak tamapak lagi, semua samar jadinya. huuwwaaa...........! ingin rasanya aku berteriak selantang mungkin, menggelegar diujung telinga individual yang merasa merasakan rasa yang tak nyaman dirasakan dan sulit dilupakan oleh rasa, hingga mungkin sampai mati rasa telah menjangkit dalam stimulasi tubuh. perasaan...selalu aneh. !


terlalu bodoh.aku terlalu bodoh jika mengingat masa-masa indah yang pada akhirnya kini menjadi perih dalam hati. hampir 2 tahun aku berpacaran denganya hingga pada akhirnya putus ditengah jalan berwarna hitam. vea nama gadis itu. gadis yang kini sudah memberi asi kepada anaknya.


bukan. bukan menikah denganku, dia menikah dengan pilihannya sendiri akibat pergaulan bebas. dia terjebak dalam suatu lamunannya.


"ah...bukan takdir kawan, ini pilihan hidup. jodoh kita yang menunjuk dengan jari yang diawali dengan suatu usaha dan do'a " kataku tegas kepada sahabat karibku dari kecil.

sahabatku hanya tersenyum kecil dan berbisik " sabar ya.."

ah....kata itu membuatku terharu dalam ketragisan hidupku yang sudah tersusun indah kini menjadi tak terarah.

mengikis..!!
terlamun dalam kesendirianku hanya dapat mengukir kata-kata yang kuanggap indah.
ketika aku lupa segalanya maka yang kuingat hanyalah kata. kata indah. kata warnah yang kurasa seindah warna pelangi.
kehidupan yang memang memberi kejutan walau pahit pada akhirnya.





dua hari yang lalu aku bertemu dia bersama suami yang kira-kira pantas menjadi bapakku ato bapak dia dengan anak yang dibopongnya di salah satu mini market kembangga suatu kecamatan. kumentapnya sejenak. mereka memilih susu yang sangat berkualitas di toko itu.
dia tersenyum mengembang mekar tak beraturan, dari jarak sekitar 1 meter setengah, aku berbisik " dia suamimu?"
dia tersenyum, senyum beda. kurasa senyum yang dulu bukan seperti itu.!!
dia menjawab " bukan, suamiku lagi tugas di luar negeri ."
"lantas ?" kataku terkejut.

dia berbisik ketelingaku sambil berjalan bersama anak dan pria itu kepintu keluar.
" kurubah jiwaku menjadi keruh karena materi "


senyumku yang berkolaborasi dengan keterkejutan serentak berhenti, dan tak mampu mata ini mengatup dalam tatapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar