Senin, 27 September 2010

fiksiku. cerpenku. aksan taqwin.

Aksan taqwin

MENGGAPAI SENYUM

“ sebuah cerpen yang terapresiasi dari sebuah puisiku yang bejudul HUJAN”
“sedih tanpa tangis kurasa kurang puas, namun tangis tanpa sedih itu yang perlu kita pertannyakan.”
“ketika mata kita tak selaras dengan hati yang membuat kita selalu salah pada anggapan mereka, padahal kita tak seperti itu adanya.!”
Hujan
(menangis)
Hujan..
Bisikilah dia….
Aq rindu padanya…
Hujan…..
Aku malu pada mereka yang mendengar..
Kecuali Dia..!!
Ingin ku kupas cerita masa lalu denganya
Manis…..
Pahit……
Hujan…
dia pergi..
tanpa senyum permisi untukku
hanya kepada dia kau turun
kepada sakit hati kau turun..!
Aku enggan tersenyum..
Karena hati ini memaksa gunda
Sendu malam alunan jiwa


Kurasa embun dipagi ini mengering cepat dengan mentari yang hadir malu-malu atas sinarnya yang nakal dengan angin yang menggelitik sedikit membisik. Wajah lecut serta rambut yang berantakan membuatku enggan keluar walau sekedar menengok mentari atau menghirup udara buat pencuci hidung pelepas nafas nafas kotor melalui jendela kamar. Ingin ku melantunkan nyanyian pagi dengan suara sumbang menompangi kicauan burung yang nggak jelas arah suaranya. Langit Semalam hingga adzan shubuh tadi baru saja berhenti mengguyurkan air yang sangat dingin, dingin sekali.. ingin rasanya kuteguk hingga tenggorokan yang kering ini membasah, segar.!
Semakin kencang angin bertiup dengan percikan air bekas hujan dari arah timur, bertanda apa ya..? Hahahaha...aku tertawa sendiri sangat lebar di pagi yang super konyol ini, seperti orang primitif zaman kakekku waktu itu yang dapat membaca arti suasana hari atau dapat membaca serta menghitung arti hari jawa yang sedemikian adanya menurut argumentasi individu.
Mungkin sekarang para kakek atau nenek tak dapat menprediksi tahun yang seperti apa ini, karena mereka dibingungkan musim yang tak jelas dan tak tepat pada tempat yang semestinya dia hadir. Musim tahun ini memang membuatku semakin bingung. Hal yang kurasa nggak mungkin ternyata menjadi mungkin, bagaimana tidak.!! Musim yang mestinya kemarau kini telah berubah menjadi musim hujan yang tiada hentinya, sudah hampir setahun ini tanah penuh kekayaan alam ini terguyur hujan.
Pagi ini sangat membuatku resah atas alam yang kacau, padahal aku harus pergi kekampus sementara di luar sangatlah tak bersahabat jika harus pergi karena mendung menebal gelap. mungkinkah mereka merasakan apa yang kurasakan saat ini ? penyakit malas sepertinya menjangkit dalam sistem otakku lagi hingga seakan enggan keluar dari kamar tidur. wah....dunia ini memang penuh kejutan, ternyata dia hadir untuk meperindah suasana.
Begitu indah penuh warna yang tak mampu kuhitung satu persatu. Hadir disaat yang tepat hingga aku semangat untuk melangkah menikmati ini hari yang semestinya kurasa malas. Tepat jendela kamar hingga aku dapat menikmati keindahan itu dari dalam saja, Aku harus bergegas mandi mumpung semangat ini mulai tumbuh walau memaksa bahkan akan kutahan sebentarlah dinginya air kamar mandi karena aku ingin menikmati pelangi cepat.
Subhannallah.....sangat indah pelangi ini. Ingin rasanya aku berselimut dengan keindahan warnanya. Pelangi ! iya..hanya pelangi yang berhasil mengubah diriku menjadi semangat pagi ini. Ha..tetawa kecil saja karena aku malu dilihat tetangga yang sering memperhatikanku dengan keanehanku secara tiba-tiba. Apa benar aku seperti anak kecil? Atau kekanak-kanakan gitu..!! masakh..iya menikmati keindahan pelangi dengan tatapan yang tiada henti dibilang kayak anak kecil. Jujur..memang aku paling suka melihat dan menikmati keindahannya karena kala aku lupa segalanya dikala hujan turun yang kuingat hanyalah ALLAH dan pelanginnya yang penuh kejutan.
Masih..kata orang jawa yang katanya kalau ada pelangi tiba maka disitulah ada para bidadari cantik yang sedang mandi di sungai rame-rame, heheheheeheheheh aku tersenyum saja karena hal itu membuatku percaya nggak percaya. sedikit langkah cepat menuju kekampus dengan celana jeans kemeja kotak warna biru, rapi. Sedikit senyum.!
**********
Di kampus
cukup rame ternyata. Padahal aku berfikir hanya sebagian saja yang hadir mengikuti rapat organisasi jurusan. Dia “siapa den?” tanyaklu dengan suara pelan saat ada perempuan berjilbab pink yang tampak dari jauh warna ungu. Aku tanya pada Deny temen sekelas yang sering bersamaku. Ya...bisa dibilang cukup akrab denganku.
“dia namanya Nefsi” katanya.
Nefsi ? nama yang cukup indah, kataku dalam hati.
Aku sangat penasaran dibuatnya. Perempuan yang bejilbab rapi dengan wajah yang begitu polos tanpa polesan bedak sedikitpun. Sungguh alami perempuan itu dengan penampilan yang cukup sederhana. Aku gila dibuatnya..!!
Hahahahaha...kurasa tidak, ini hanya sekedar rasa kagum yang tidak lebih. Tatapan matanya memang sedikit bernyanyi seakan menyapaku. “Sepertinya dia sempurna...” kataku dalam hati.
Tertatih agak merunduk aku menuju kekelas. Ternyata tak seperti yang kubayangkan juga, hu...!!!!! kampus terlihat rame dari luar saja, emangnya pada mereka ya semua.! Hal ini yang terkadang membuatku malas. Memang ..aku terkadang nggak habis pikir dengan mereka semua seakan-akan pendidikan hanya sekedar buat kedok saja untuk menutupi keaktivitasan nggak jelas atau nggak mau dikatakan orang sebagai pengangguran belaka, itu suatu pengalaman yang kunilai dari teman sebangku denganku. Aku baru ingat, kemarin pagi aku membaca surat kabar yang isinya warga palestina dilarang beraktivitas serta anak kecil dilarang bersekolah. Astagfirullah....begitu biadab israel yang merusak mental para umat islam. Aku jadi terharu, sedih banget melihat serta mendengar seumat rasullullah dibantai seperti itu. ah..tragis.! Langkahku semakin cepat menuju perpustakaan dengan membawa air mineral berbotol tinggal separuh yang sudah kuteguk. Aku melihatnya lagi..!!!! iya..itu pasti dia. Nefsi...ya nefsi.! Dia sangat anggun duduk manis sambil membaca buku antologi puisi yang diterbitkan oleh komunitas sanggar sastra kampus.
“assalamu'alaikum” sapaku pelan.
Dia menoleh, menatap wajahku. Sungguh.., tatapan matanya seakan ingin bercumbu mesra dengan mataku sehingga aku lelah dan ingin mengatupkan, anggun..! iya..dia memang benar-benar anggun. Aku bisa memandang dia lebih dekat, sangat dekat. Senyum kecil yang spontanitas menerpaku manis. Dalam hati aku tersenyum lepas.
“wa'alaykumsallam” jawabnya.
Artikulasi yang cukup membuatku merinding itu sangat merdu menandakan bentuk kesopanan yang terlihat estetikanya. Seakan hati dalam sisi gelapku gelapku yang lapang ini menempati kekosongan dalam wujud ruang evolusi atas ketidakpuasan, ingin ku tersenyum bersamanya dan mengenal lebih jauh. Mentari diluar sepertinya sudah mulai menyengat, cerah.hatiku sangatlah nakal yang terkadang sering kagum ama orang yang sangat cantik,menurutku. Aku sangatlah tak kuasa untuk menafsirkan rasa jiwa ini yang seperti apa, sungguh..aku tak mampu. Tapi hati ini seakan serasa ingin bersama dia yang anggun, pencerah jiwaku yang pernah terkikis namun ketakutanku sangatlah meledak-ledak untuk menetapkannya sebagai pendampingku kelak karena sepertinya aku masih trauma dengan kisah cintaku sebelumnya yang jalan alur sang mantan bagai siti nurbaya.
Sesunggunya aku sangat merindukan sang mantan yang sudah berpeluk mesra dalam rumah tangga dengan pria pilihan ibunya, namun rindupun. Namun..rindupun menjadi duri dalam jiwa yang seakan menusuk tajam yang sehingga tercipta air mata yang hadir secara tiba-tiba. Hati gelisah, penuh tanda tanya yang seakan tak mampu kulantunkan satu persatu. Ingin rasanya kulantunkan semua namun bibir melarang. Yang ku bisa hanyalah begumam dengan mimik wajah yang nggak jelas makna.
Aku bosan jika mengingat hal itu sebenarnya. Namun terkadang aku mengingat yang nggak tahu awalnya dari mana yang ku ingat. Ingin rasanya cinta ini kusembunyikan dalam bantal saja,hehehehe aku tertawa sendiri ni...! sungguh gila.
“namanya siapa?” kataku Dengan wajah membiru tragis, dengan sedikit basa basi.
“nefsi”
Hanya satu kata yang dia lantunkan membuatku puas. Iya...sangat puas. Sehingga ku tak sadar tersenyum sendiri, senyumku mungkin untuknya. Iya..memang untuknya dan dia membalasnya. Waw..waw..hidup ini begitu nyaris indah dan sempurna ataukah memang benar-benar indah? Pernah ku dengar dari salah satu kerabat saya yang biasa disapa dengan nama thom. Nama yang cukup pendek itu tak mewakili otak yang cukup cerdas atau diplomatis. Dia sangat pintar dalam segala hal dengan jiwa yang super nasionalis.dia pernah berkata bahwa maju mundurnya suatu negara itu karena wanita, semua itu tergantung wanita yang mempengaruhi tindak dalam segala sikap para pria. Memang..aku sangat setuju atas hal itu bahkan amat sangat setuju kerena pada kenyataan pria sangatlah lemah disat kehadiran sesosok wanita,apalagi wajah anggun seperti nefsi yang membuatku mati gaya.
Lebih dari seperempat menit aku ngobrol yang mulanya nggak penting menjadi penting atau yang nggak semestinya untuk diobrolkan semua ku obrolkan dan mencari topik-topik yang menghidupkan suasana yang sehingga pembicaraanku tak mati sampai disitu saja, kalau orang bilang sich...sekedar basa-basi. Bertanya tempat tinggal hingga yang terakhir aku mendapatkan nomer handponenya.
“aku pergi dulu ya “katanya.
dengan tergesah gesah dia mengucapkan salam, hingga aku tertegun melihatnya dan nggak sadar sejenak. Aku benar-benar gila dibuatnya. Sesampai pintu keluar perpustakaan aku baru sadar kalo nefsi mengucapkan salam kepadaku. Astagfirullah....! “ wa'alaikumsallam” ucapku pelan.
Dari tadi yang melontarkan pertanyaan hanyalah aku semata. Apa-apaan ini? Sombong banget mungkin ya dia? Aku nggak ngerti apa yang tersembunyi dibalik semua ini bahkan diapun belum mengetahui siapa namaku. Kalo dibilang dia jaim mestinya dia tak akan pernah menjawab semua pertanyaanku. Dari nama, alamat, hingga nomer hp. Yang membuatku pusing, kenapa dia tidak bertanya identitasku? ah..biarlah..nanti kuhubungi saja dia lewat sms ato apalah ntar. Wanita membuatku tersenyum, wanita membuat hidup ini serasa indah bahkan wanita membuatku pusing jadinya.
Panggil saja aku tata'. Itulah nama keren yang sudah menjadi kebiasaan sapaan untukku dari teman-teman. Aku sangat nyaman dengan nama itu walau namaku yang sesunggunya adalah Dimas Prasetya. Aku terlahir sejak 20 tahun yang lalu dari sepasang rumah tangga antara sholih dan anis. Ayahku bekerja disalah satu pelabuhan yang tak jauh dari tempat tinggalku, dia sebagai penjual. Penjual ikan dari perahu ke perahu yang lain atau dari para nelayan yang setiap harinya pulang walau hanya membawa 2 ekor ikan. Sedangkan ibuku sebagai ibu rumah tangga yang tidak lebih. Aku anak tunggal, jadi tak heran kalau aku selalu dicucuri berbagai kemewahan serta kemanjaan yang terselimuti ditubuhku. Hidup kecukupan serta keluarga harmonis itu saja aku sudah bahagia.
Tak terasa Langit memerah senja dan aku harus pulang.
**********
“Lelahnya hari ini. Akhirnya sampai juga dirumah”
“aku harus sms nefsi tapi..dia sibuk nggak ya ? Tadi dia terburu-buru pergi dan keluar sangat kilat. Apa smsku bakalan dibalas? ah...nggak ah..aku diam saja.!
Tubuhku terasa lelah hingga aku menyandarkan tubuhku ditempat tidur bertumpukan bantal, sejenak aku terbayang raut wajahnya berkelebat depan mataku yang kuanggap itu hanyalah fatamorgana. Fatamorgana? Kata temenku fatamorgana adalah bayangan ilusi. Bayangan yang memang hanya bayangan.nggak pasti. Biarlah..argumen orang yang berbeda-beda. Ada yang mendiskripsikan bahwa fatamorgan adalah ketika cuaca yang sangat panas menyinari aspal dan aspal itu terlihat dari jauh seakan ada airnya padahal kenyataanya tidak. Wajahya semakin lama terus menggoda. Aku harus menghubungi dia. Aku sms dia.
“assalamualaikum, ini nefsi bukan ?
Lagi sibuk apa?
Tadi kenapa terburu-buru pergi?
Ada kepentingan mendadak ya ?
Ini nomerku yang tadi ngobrol diperpustakaan.
Tata' “
terlihat cerewet mungkin smsku. Tapi..aku benar-benar penasaran denganya. Mendung tebal telah menutupi langit yang berwarna senja. Sepertinya hari ini akan turun hujan lagi bahkan sangat deras. Hadirkah pelangi di langit yang senja ini ya? Jujur..aku sejak kecil memang sangat menyukai pelangi. Teringat saat masa kecil dikala sesudah turun hujan aku dengan teman-teman bersorakan pergi kesungai dan melihat indahnya warna pelangi yang sangat mengagumkan. Ciptaan ALLAH yang sangat indah, indah sekali. Subhannalaah....!
hingga mereka sering kali bersama melantunkan tembang lagu pelangi.
Aku suka itu.
Aku rindu itu.
Smsku belum juga dibalas. Sudah lebih dari lima menit, apa aku harus telpon dia? ah...malu.sungguh aku tak mampu menahan wajahku yang membiru tragis. Langit mewakili tangis dalam hati. Tampak jelas . Hujan turun begitu deras hingga aku sedikit kedinginan dan ingin buang kecil. Ke kamar mandi sejenak dan kembali bergegas. Kulihat HP sudah terterah dua sms. Yang satu dari tio teman SMAku yang ingin mengajaku roni. Yang kedua sms dari Dia. Nefsi sms yang bertuliskan:
“wa'alaykumsallam mas...! iya aku ingat kok.
Maaf tadi aku terburu-buru..!
karena ada undangan pernikahan temenku di tetangga sebelah”

Balasan sms itu sudah mewakili pengisian ruang dan waktuku dalam sepi. Aku tersenyum mesra antara bibir atas dan bawah..!! hahahahaha aku terpeseona. Kali ini terserah deh..aku ingin terbang tinggi untuk menggapai bintang yang paling terang untuk dia. Hahaha.. lebay .!
Tak terasa aku bergelut dengan sms yang saling melontarkan pertanyaan hingga aku merasa lelahg dan mengucapkan selamat malam dan mimpi indah.
**********

Pagi.
Dengan santun mata telah terbuka perlahan, lambaian embun telah tersipu atas mentari yang menggelitik. ah....nyanyianku hanya sebatas kata menyapa. Melepas nada dalam artikulasi burung dengan suara aktivis para pekerja melewati jalan trotoar dengan tertatih, da juga yang dengan langkah cepat. Maklum... keterbatasan materi dalam kehidupan disegala aspek berekonomi keluarga hingga transportasi pribadi tak dimiliki individu. Kesibukan yang berwarna-warni telah menyelimuti indahnya kota yang semakin gaduh. Asap tebal kendaraan umum, bel tranportasi saling bersahutan telah kudengar bagai terompet yang ditiup dengan serentak kala tahun baru. Mereka telah berpartisipasi dalam lengkungnya sinar atas menyambut pagi mencari nafkah. Pasti.
Lamunanku tersentak atas bunyi ponsel. Beberapa sms dari nefsi sejak adzan shubuh tadi. Astagfirullah.... aku terlelap dalam manisnya mimpi. Ibunya sakit dan sekarang lagi diopname di rumah sakit islam yogyakarta. Entahlah...aku kurang tahu sakit apa yang telah diderita ibunya nefsi. Dengan langkah tergesah-gesah mencari angkutan umum menuju RS islam yogyakarta. Jarak antara rumah sakit dengan rumahku sekitar 10km. Panik..! aku terlalu panik sepertinya. Entah getaran ini mungkin berawal dari kedekatanku dengan nefsi sangat erat. Sudah terlalu lama. Iya...sekitar 6 bulan lebih aku dekat denganya dan kurasa itu sangat lama.
Sesampai di rumah sakit. Kulihat ibunya terbaring lemas dengan wajah yang sangat pucat. Sementara nefsi termenung disampingnya dengan membawa AL-QUR'AN. Matanya bengkak bekas air mata yang sangat berlebihan. Bibir yang sangat merah terlihat mengering. Kasihaaan...nefsi, dia harus menaggung semua ini tanpa ayah yang sudah lama meninggal sejak ia duduk dibangku SD. Yang menanggung semua dalam kehidupan sehari-hari adalah tiga kakak yang menjabat sebagai pegawai negeri sipil, dua kakak bertugas di kota ngawi. Dan satu kakak tinggal bersama nefsi dan ibunya.. dua kakak yang tinggal di ngawi sudah menikah. Sementara kakaknya yang satunya baru tunangan, saudaranya semua cowok yang sangat bekerja keras.

“assalamu'alaykum” ucapku pelan.
“wa'alaykumsallam” jawabnya dengan lirih.

Ibunya terbangun. Hingga aku merasa asing dalam tatapannya. Aku malu. Ibunya mempersilahkanku duduk disampingnya.
“silahkan duduk nak....”
“ iya...bu'..!” gugup .
aku sangat gugup banget, yang saya takutkan aku ditanya yang aneh-aneh tentang hubunganku dengan nefsi. Padahal selama ini aku dan dia hanya sebatas sahabat dan belum lebih. Walau sejujurnya aku sangat mengharapkannya. ah....terlalu berangan konyol.

“ada hubungan apa kamu dengan nefsi, nak..?” kata ibu' dengan nada terdendat-endat oleh nafas yang terengah-engah.
Ternyata dugaanku benar, inilah yang sangat aku takutkan. Aku terdiam tak bisa berkata sementara nefsi tersenyum seakan ingin tertawa atas sikapku yang kaku dan aneh.
“ ibu.....apa'an sih..?” kata nefsi manja.
“udalah..nak, ibu kan hanya tanya, apa salahnya ibu tahu semua teman yang baik denganmu” sahut ibu.
“tapi...waktunya nggak tepat bu'..., ibu harus istirahat saja.”
“udalah ...nefsi..., aku hanya ingin tanya.”

ibunya nefsi seakan sangat penasaran atas kedatanganku yang sangat sopan dengannya. Tak terhenti pecakapan antara ibu dengan nefsi untuk mempertanyakan siapa aku. Lah....siapa aku ? Kenapa nefsi malu menjawabnya? Bukannya kita hanya sebatas teman? Kalaupun lebih sekedar sahabat ? Aneh...aneh...! sejenak aku terfikir apakah dia memiliki rasa yang sama denganku untuk saling memiliki? ah.....apakah mungkin, dia mengharapkan hal itu.
“dia pacarku bu'..?” kata nefsi tegas.

Sungguh..aku tak menyangka kalo dia berkata seperti itu, akupun tertegun. Nefsi sangatlah berani berkata itu kepada ibuny. Atau mungkin ada maksud tertentu untuk membahagiakan ibunya?.
hu.....dunia selalu memberikan kejutan. Ibunya menatapku cerah, dia tersenyum dan memegang tanganku. Ingin rasanya aku menangis atas belaian tangannya kepadaku.
“ jangan pacaran ya...nak., langsung saja menikah.” kata ibu' sambil memegang tanganku serta tangan nefsi.

Jantungku berdegub keras, gemetar . Keringat yang seakan bercucuran kuusap dengan pelan. Ibunya nefsi benar. Kurasa terlalu buruk jika masa-masa dihabiskan tak da gunanya dan terlalu sakit jika karena cinta dalam berpacaran. Suatu penegasan yang membuatku tersenyum lepas, ternyata dugaanku selama ini benar. Nefsi mencintaiku. Nefsi menganggukkan kepala dan aku tersenyum.
Senyumku terasa menari diatas kapas yang sangat lembut. Aku bahagiaaa...!
“yaa....sudah.., sebentar lagi kalian sudah skripsi kan ? Nanti antara ibu dan ibu tata' akan membicarakan tentang persoalan ini, tp..sebelumnya ibu akan sillaturrahmi dulu kerumah kamu nak..!” ucap ibu'
“ insya'ALLAH bu'...aku akan membicarakan hal ini kepada orang tuaku dan segera memperkenalkan nefsi pada mereka.” kataku tegas.santun
ibu nefsi tersenyum, tangannya masih memegang erat tanganku dan tangan nefsi. Tanganya sangat dingin, bahkan wajah ibu nefsipun terlihat sangat pucat. Dia terpejam tak bersuara. Detak jantungnya terhenti serta kepala yang tersandar kini terebah kesamping belakang. Dia meninggal.
“Innalillahi wa'innalillahi raaji'un”
nefsi menangis keras..hingga terdengar para dokter dan perawat rumah sakit. Ternyata ibu nefsi mengalami gangguan pada ginjal hingga nyawa telah merengutnya. Akupun ikut meneteskan air mata. Air mata yang terjatu lewat sela-sela kesedihan yang membutku ingin teriak sekeras mungkin. Baru saja aku ingin membahagiakan nefsi serta ibunya, namun kini telah terhenti ditengah jalan. Aku harus membahagiakan nefsi hingga seja telah melambai-lambai atas keriput wajah serta uban yang yang melingkar rata dikepala.
Aku sangat mencintanya juga menyanginya, aku tak ingin luput untuk membuatnya tersenyum.

Hari itu juga ibunya nefsi dimakamkan. Beliau telah pergi selamanya dan sejauh mungkin tak akan pernah kembali untuk memeluk erat tubuh nefsi kala sedih, sementara air mata ini terus saja mengalir tak terhenti. Kuusap air matanya dengan sapu tangan, kuusap dengan lembut serta perasan kasih saying yang sangat dalam, sungguh...aku takut berbuat zinnah jika aku memandangnya terlalu lama. Aku takut suara masyarakat yang menggap kita seperti warna-warni. ah...biarlah.....!

hampir satu tahun kepergian ibunya nefsi. Dan hari ini aku dan nefsi telah diwisuda.
Selang satu bulan aku dan diapun menikah. Menitih kehidupan baru yang sangat harmonis. Mencoba tegar dalam menghadapi apapun meski hujan dimata masih terkadang menetes deras dari segala masalah. Namun aku dengannya mencoba tegar dalam menghadapi segala kepahitan yang ada.
Semoga manisnya empedu dapat kurasakan.

***********

fiksiku.
akhsan taqweens
lamongan,23 september 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar